Kurang lebih 3200 pembaca Rss Feed sudah bergabung, Sudahkah anda?

Cari Blog Ini

12 Oktober 2008

Go Green



Di tengah marak-maraknya penerapan social marketing khususnya mengenai lingkungan hidup sebagai salah satu strategi komunikasi banyak perusahaan, saya melihat semua perusahaan bergerak di dalam satu jalur yang sama untuk menuju kehidupan “green” tersebut tanpa menyadari ada hal aneh yang terjadi di sini. Semakin gencar kata-kata Go Green disebutkan melalui iklan, seharusnya kan semakin banyak pula masyarakat yang memiliki kesadaran akan lingkungannya. Oke kesadaran masyarakat mungkin emang tumbuh, tapi dengan komunikasi yang sedemikian banyaknya mengenai isu lingkungan, pertumbuhan kepedulian terhadap lingkungan tidak bisa dikatakan sebanding.
Akui saja kalau masih banyak kita lihat manusia-manusia yang tidak rela tasnya dipenuhi oleh bungkus permen bekas/bungkus tisu dan malah memilih membuangnya begitu aja dengan alasan ngga ada tempat sampah. Atau juga ngga jarang ada pengemudi mobil yang juga ngga rela di dalam mobilnya ada botol bekas dan memilih membuang botol bekas itu di tengah jalan.

Ada apa ya? Padahal kita tentu udah sering banget dengar kata-kata “Mari Hijaukan Bumi Kita”, “Jaga Bumi Kita Demi Generasi Berikutnya” dan bla bla bla yang lainnya yang disampaikan oleh pesan dari pemerintah maupun swasta. Tapi kenapa masih banyak manusia yang egois yang justru merusak lingkungan.


Ada pesan menarik yang gw baca dari seorang ahli lingkungan dari Norwegia. Dia bilang begini “Sudah saatnya kita lestarikan lingkungan hidup, bukan demi paus bungkuk, bukan demi penyu belimbing, dan bukan juga demi badak jawa, tetapi demi kelangsungan manusia sendiri”. Pesan yang egois ya? Tapi inilah manusia, betapapun manusia memiliki sifat sosial, ada sisi egois dari manusia. Sisi yang kejam yang hanya mikirin diri sendirinya aja.


Sudah terlalu banyak pesan yang mengajak kita untuk maju bersama lestarikan lingkungan. Jangan buat masyarakat semakin jenuh dengan kata-kata itu. Ajak setiap individu untuk kembali mementingkan dirinya sendiri, untuk menjadi egois demi lingkungan tempat tinggalnya sendiri, untuk kembali ke kodrat manusia yang bukan hanya makhluk sosial, tapi juga makhluk yang individualis. Kata-kata “bersama kita bisa” sudah ketinggalan zaman, tumbuhkan keegoisan masing-masing demi lingkungan sendiri-sendiri, sebab toh akumulasi dari sendiri-sendiri itu akan menciptakan sesuatu yang besar. Pendekatan komunikasi yang patut dicoba kan?
Dan kembali mengingatkan “sudah saatnya kita lestarikan lingkungan hidup, bukan demi paus bungkuk, bukan demi penyu belimbing, dan bukan juga demi orang utan-orang utan yang baca tulisan ini, tetapi demi kelangsungan manusia sendiri-sendiri”.



foto:www.va.gov




0 komentar: